Pencarian dan penyelamatan (SAR)
adalah mencari dan pemberian bantuan kepada orang-orang yang berada dalam kesusahan atau bahaya. [1]
The general field of search and rescue includes many specialty sub-fields, mostly based upon terrain considerations. Bidang umum mencakup pencarian dan penyelamatan khusus banyak sub-bidang, sebagian besar didasarkan pada pertimbangan medan. These include Mountain rescue ; ground search and rescue, including the use of search and rescue dogs ; urban search and rescue in cities; combat search and rescue on the battlefield and air-sea rescue over water. Ini termasuk penyelamatan Gunung , pencarian dan penyelamatan tanah, termasuk penggunaan anjing pencarian dan penyelamatan ; pencarian dan penyelamatan perkotaan di kota-kota; memerangi pencarian dan penyelamatan di medan perang dan udara-laut penyelamatan atas air.
Definisi
There are many different definitions
of search and rescue, depending on the agency involved. Ada definisi yang
berbeda dari pencarian dan penyelamatan, tergantung pada lembaga yang terlibat.
- Canadian Forces : "Search and Rescue comprises the search for, and provision of aid to, persons, ships or other craft which are, or are feared to be, in distress or imminent danger." [ 1 ] Pasukan Kanada : "Search and Rescue terdiri dari mencari, dan penyediaan bantuan untuk, orang, kapal atau kerajinan lainnya yang, atau dikhawatirkan akan, dalam kesusahan atau bahaya." [1]
- United States Coast Guard : "The use of available resources to assist persons or property in potential or actual distress." [ 2 ] Coast Guard Amerika Serikat : "Penggunaan sumber daya yang tersedia untuk membantu orang atau properti dalam kesulitan potensial atau aktual." [2]
- United States Defense Department : A search is "an operation normally coordinated by a Rescue Coordination Center (RCC) or rescue sub-center, using available personnel and facilities to locate persons in distress" and rescue is "an operation to retrieve persons in distress, provide for their initial medical or other needs, and deliver them to a place of safety." [ 3 ] Departemen Pertahanan Amerika Serikat : cari adalah "sebuah operasi biasanya dikoordinasikan oleh Pusat Koordinasi Rescue (RCC) atau penyelamatan sub-pusat, dengan menggunakan tenaga yang tersedia dan fasilitas untuk mencari orang-orang dalam kesusahan" dan menyelamatkan adalah "sebuah operasi untuk mengambil orang-orang dalam kesusahan, menyediakan kebutuhan awal mereka medis atau lainnya, dan mengantarkan mereka ke tempat yang aman ". [3]
Sejarah
In 1983, Korean Air Lines Flight 007 with 269 occupants was shot down by a Soviet aircraft near Sakhalin . Pada tahun 1983, Korean Air Lines Penerbangan 007 dengan 269 penghuni ditembak jatuh oleh pesawat Soviet di dekat Sakhalin . The Soviets sent SAR helicopters and boats to Soviet waters, while a search and rescue operation was initiated by US, South Korean, and Japanese ships and aircraft in international waters, but no survivors were found. [ 5 ] Soviet mengirim helikopter SAR dan kapal ke perairan Soviet, sementara operasi pencarian dan penyelamatan diprakarsai oleh AS, Korea Selatan, dan kapal-kapal Jepang dan pesawat di perairan internasional, tetapi tidak ada korban selamat yang ditemukan. [5]
Types of search and rescue Jenis-jenis pencarian dan penyelamatan
Mountain rescue penyelamatan Gunung
Rescue helicopter
"Christophorus 8" Helikopter penyelamat "Christophorus
8"
Rescue rope training
Penyelamatan tali pelatihan
Mountain rescue relates to search and rescue
operations specifically in rugged and mountainous terrain. Penyelamatan Gunung
berhubungan dengan pencarian dan penyelamatan khusus di daerah pegunungan kasar
dan. Ground search and rescue Kantor pencari dan penyelamatan
Ground search and rescue is the search for persons who are lost or in distress on land or inland waterways. Tanah pencarian dan penyelamatan adalah mencari orang yang hilang atau dalam kesulitan di daratan atau perairan pedalaman. Traditionally associated with wilderness zones, ground search and rescue services are increasingly required in urban and suburban areas to locate persons with Alzheimer's disease , autism , dementia , or other conditions that lead to wandering behaviour. [ 6 ] Ground search and rescue missions that occur in urban areas should not be confused with "Urban SAR", which in many jurisdictions refers to the location and extraction of people from collapsed buildings or other entrapments. [ 7 ] Tradisional dihubungkan dengan zona padang gurun, cari tanah dan jasa penyelamatan semakin diperlukan di daerah perkotaan dan pinggiran kota untuk mencari orang-orang dengan penyakit Alzheimer , autisme , demensia , atau kondisi lain yang menyebabkan perilaku menyimpang. [6] Kantor pencarian dan penyelamatan misi yang terjadi di daerah perkotaan tidak harus bingung dengan "Urban SAR", yang dalam banyak yurisdiksi mengacu pada lokasi dan ekstraksi orang dari bangunan ambruk atau entrapments lainnya. [7]Some ground search teams also employ search and rescue dogs . Tim tanah mencari beberapa juga menggunakan anjing pencarian dan penyelamatan .
Urban search and rescue Kota pencarian dan penyelamatan
Urban search and rescue (US&R), also referred to as Heavy Urban Search and Rescue (HUSAR), is the location and rescue of persons from collapsed buildings or other urban and industrial entrapments. Perkotaan pencarian dan penyelamatan (US & R), juga disebut sebagai Cari Perkotaan Berat and Rescue (HUSAR), adalah lokasi dan menyelamatkan orang-orang dari gedung-gedung ambruk atau entrapments perkotaan dan industri lainnya. Due to the specialized nature of the work, most teams are multi-disciplinary and include personnel from police, fire and emergency medical services. Karena sifat khusus dari pekerjaan, sebagian besar tim multi-disiplin dan mencakup personil dari polisi, pemadam kebakaran dan layanan darurat medis. Unlike traditional ground search and rescue workers, most US&R responders also have basic training in structural collapse and the dangers associated with live electrical wires, broken natural gas lines and other hazards. Tidak seperti pencarian tanah tradisional dan petugas penyelamat, kebanyakan US & R responden juga memiliki pelatihan dasar dalam keruntuhan struktural dan bahaya yang berhubungan dengan kabel listrik hidup, rusak garis gas alam dan bahaya lain. While earthquakes have traditionally been the cause of US&R operations, terrorist attacks and extreme weather such as tornadoes and hurricanes have also resulted in the deployment these resources. [ 8 ] Sementara gempa bumi secara tradisional menjadi penyebab operasi AS & R, serangan teroris dan cuaca ekstrem seperti tornado dan badai juga mengakibatkan penyebaran sumber daya. [8]Combat search and rescue pencarian dan penyelamatan Tempur
Combat search and rescue is search and rescue operations that are carried out during war that are within or near combat zones. [ 9 ] Memerangi pencarian dan penyelamatan adalah pencarian dan penyelamatan yang dilakukan selama perang itu berada di dalam atau dekat zona pertempuran. [9]Air-sea rescue Air laut penyelamatan
Search and Rescue students give
the "I am all right" signal to let the SAR instructors know that they
are ready for further instructions at the pool on board Naval Station San Diego . Pencarian dan Penyelamatan siswa memberikan
"Aku baik-baik" sinyal untuk membiarkan instruktur SAR tahu bahwa
mereka siap untuk petunjuk lebih lanjut di kolam renang di papan Naval Station San Diego .
Air-sea rescue (ASR) refers to the combined use
of aircraft (such as flying boats , floatplanes , amphibious helicopters and non-amphibious helicopters equipped with hoists) and
surface vessels to search for and recover survivors of aircraft downed at sea
as well as sailors and passengers of sea vessels in distress. [
10 ] Udara-laut penyelamatan (ASR) mengacu pada penggunaan
gabungan pesawat (seperti kapal terbang , floatplanes , helikopter amfibi dan
non-amfibi helikopter dilengkapi dengan kerekan) dan kapal permukaan untuk
mencari dan memulihkan korban pesawat jatuh di laut serta pelaut dan penumpang
kapal laut dalam kesulitan. [10]
International divisions of search and rescue responsibility Internasional divisi pencarian dan tanggung jawab penyelamatan
International waters Internasional perairan
International waters are divided into various regions according to the SOLAS convention. [ 11 ] In the Arctic , SAR responsibilities are since May 2011 governed by the Arctic Search and Rescue Agreement . Perairan internasional terbagi dalam berbagai daerah sesuai dengan SOLAS Konvensi. [11] Di Arktik , SAR tanggung jawab sejak Mei 2011 diatur oleh Cari Kutub Utara dan Perjanjian Penyelamatan .United Nations Perserikatan Bangsa-Bangsa
International Search and Rescue Advisory Group (INSARAG) is a UN Organization that promotes the exchange of information between national Urban Search and Rescue Organizations. Internasional Search and Rescue Advisory Group (INSARAG) adalah Organisasi PBB yang mempromosikan pertukaran informasi antara Pencarian Perkotaan nasional dan Organisasi Resc
Penyakit Gunung dan Pencegahannya
cri
Dalam Ruangan Kesehatan pekan ini
akan kami bicarakan penyakit gunung dan pencegahannya.
Pertama kami bicarakan hal
mengenai reaksi dataran tinggi. Pertama kali menginjak dataran tinggi, setiap
orang pasti merasa reaksi dataran tinggi dalam taraf yang berbeda, misalnya
pusing, sesak napas, denyut jantung cepat, pening dan denging telinga, letih,
dan insomnia. Umumnya, gejala tersebut akan mereda dan hilang setelah dua
tiga hari.
Menyusul kami perkenalkan penyakit
gunung. Penyakit tersebut jarang terjadi bila orang berada di bawah 2.500
meter dari permukaan laut. Semakin tinggi permukaan laut, semakin mudah
membuat orang mengidap penyakit gunung, lebih-lebih bagi orang yang berasal
dari daerah yang rendah dari permukaan laut. Gejala dininya sebagai berikut,
pening, tersengal-sengal dalam mengadakan kegiatan yang ringan, merasa mual,
tidak bernafsu makan, gangguan tidur, dan frekuensi napas tidak teratur
setelah tertidur, bahkan dapat berhenti untuk sementara. Gejala akhir
termanifestasi sebagai berikut: emsifema paru, seperti sesak napas, bahkan
dalam keadaan tengah beristirahat, bibirnya kebiru-biruan, berdahak putih
ketika batuk, yang berat bahkan mengeluarkan dahak berbusa yang berwarna
merah muda. Gejala kekurangan oksigen di bagian otak, misalnya pening,
kelainan peri laku dan jalannya sempoyongan, kalau muncul ngantuk-ngantuk
atau pingsan, dapat memicu bahaya kematian.
Bagaimana mengantisipasi penyakit
gunung ?
Bagi mereka yang tidak berat
gejalanya, sebaiknya dianjurkan untuk tidak meneruskan lagi pendakiannya dan
beristirahat selama beberapa hari, setelah itu barulah melanjutkan
pendakiannya. Harus tidur dengan badan terlentang dan minum asetazolamide.
Tapi bagi penderita yang berat,
dianjurkan untuk segera turun gunung, bahkan sudah tengah malam pun. Karena
dengan turun 300 meter saja, gejala penyakit akan sangat berkurang, dan
penderita akan terancam jiwanya bila terlambat mengambil langkah. Perubahan
sifat atau tingkah laku seseorang ketika berada di dataran tinggi atau sedang
mendaki gunung yang tinggi, seperti menyangkal dirinya jatuh sakit, menolak
bekerja sama dan menolak untuk turun gunung dan lain sebagainya, tidak jarang
merupakan gelaja penyakit gunung yang parah, maka harus diperhatikan.
Pantang semata-mata menunggu
pertolongan dan bantuan. Kalau masih dapat berjalan, biar pun gentayangan, harus
cepat-cepat turun gunung. Kalau sudah susah berjalan, dapat turun gunung
dengan diusung. Dan di bawah petunjuk dokter yang berpengalaman, minum obat
seperti asetazolamide, dexamethasone dan nifedipine.
Bagaimana mencegah penyakit
gunung?
Pertama, mendaki gunung secara
berangsur. Menyediakan waktu yang cukup untuk menyesuaikan diri dengan
lingkungan yang kurang oksigen. Khususnya di daerah yang berada pada
ketinggian 3.000 meter ke atas dari permukaan laut, setiap hari mendaki tidak
lebih dari 300 meter. Karena penderita penyakit gunung jarang dapat menyadari
bahwa dirinya sudah terkena penyakit tersebut, maka dalam perjalanan, antar
teman harus saling memperhatikan dan mengamati.
Kedua, harus beristirahat cukup.
Setelah menginjakkan kaki di suatu kota yang tinggi dari permukaan laut, pada
hari pertama haruslah beristirahat dengan tenang, kalau merasa letih segera
berbaring, jangan tergesa-gesa mengerjakan sesuatu.
Ketiga, banyak minum air. Udara di
daerah dataran tinggi sangat kering, dapat menyebabkan dehidrasi badan, dan
gejala itu dapat memperberat penyakit gunung. Maka, sehari sebelum mendaki
gunung harus menambah suplai air minum yang cukup, dengan setiap hari minum
6-8 liter air.
Keempat, tidak minum arak atau
minum sedikit saja. Alkohol dapat memperberat penyakit gunung, yang memicu
dehidrasi dan memperlamban pernafasan.
Kelima, mengkonsumsi makanan yang
tak berlemak dan kaya karbohidrat, menjauhi goreng-gorengan.
Keenam, tidak merokok, karena
merokok dapat menurunkan kadar oksigen darah.
Ketujuh, tidak minum obat tidur.
Karena penyebab insomnia kebanyakan adalah kekurangan oksigen. Minum obat
tidur atau obat penenang tidak saja tidak ada gunanya, malah dapat
memperlamban pernafasan dan memperberat insomnia.
Ke-delapan, dengan tepat
menggunakan obat pencegah penyakit gunung.
Asetazolamide dapat mencegah
penyakit gunung yang ringan, misalnya pening. Sehari sebelum mencapai
ketinggian 2.700 meter dari permukaan laut, mulailah minum obat pencegah,
setiap hari dua kali, tapi bagi mereka yang alergi terhadap sulfa dilarang
minum asetazolamide. Kalau perlu dapat minum preparat penenang dan
aminophylline. Mengkonsumsi jeli ginseng dan Rhodiola rosea sebagai tambahan
juga cukup ideal untuk meredakan reaksi dataran tinggi.
Selain penyakit gunung yang
menghantui para pendaki gunung, ada gejala tertentu juga patut diwaspadai
para penggemar mendaki gunung tinggi. Misalnya bengkak di bagian kelupuk
mata, muka dan tangan di pagi hari dan bagian buku kaki di malam hari,
umumnya dapat berangsur-angsur membaik dan sembuh sendiri. Luka tersengat
sinar matahari. Sinar ultraviolet di daerah dataran tinggi sangat kuat, kalau
kurang memperhatikan perlindungannya, mungkin dapat cepat memicu luka
terbakar permukaan kulit dan retina. Perlu memoleskan krim anti kejemur,
memakai kaca mata khusus dan topi penahan sinar matahari dan lain sebagainya.
Nyeri di bagian lutut. Sedapat mungkin menghindari terlalu lamanya berjalan
turun gunung, harus menggunakan tongkat sebagai penopang, dalam rangka
mengurangi gesekan di bagian lutut.
Kalau Anda ingin pergi ke Tibet,
Tiongkok barat daya dianjurkan mengadakan persiapan sebelumnya sebagai
berikut.
Menyesuaikan dengan baik kondisi
badan, dan pergi ke Tibet dengan kondisi badan sehat. Harus cukup tidur
semalam sebelum naik pesawat, relaks, setelah turun dari pesawat, gerak badan
harus perlahan-lahan dan banyak menghirup udara. Perhatikan penambahan dan
pengurangan pakain, agar tidak masuk angin setelah menginjakkan kaki di
dataran tinggi. Di Kota Lasha, ibu kota Tibet umumnya juga dijual obat
mencegah penyakit gunung. Kalau merasa terkena penyakit gunung, pergilah
berobat ke rumah sakit. Setiap hari minum 30 gram larutan gula merah, dan
minum obat selama 3 hari, kesemua itu dapat meredakan gejala tidak enak
badan. Walaupun menghirup oksigen dapat meredakan penyakit gunung, tapi
setelah berhenti akan muncul kembali gejala tersebut, maka, para pendaki
dianjurkan jangan semata-mata berandal pada menghirup oksigen untuk meredakan
reaksi penyakit gunung. Mengenakan pakaian yang agak longgar, hangat, paling
baik adalah mantel padat bulu bebek. Jangan lupa membawa krim anti kejemur,
kaca mata anti sinar matahari dan topi penahan sinar matahari. Membawa
obat-obatan yang diperlukan, seperti pil masuk angin, anti murus, anti nyeri,
obat untuk lambung, vitamin-vitamin C dan E. Kalau senang mengkonsumsi coklat
sebagai kudapan bawalah sedikit diperjalanan.
Setelah tiba di Tibet, perlu
memperhatikan hal sebagai berikut. Jangan banyak bergerak badan, banyak
beristirahat, jangan makan berkelebihan. Harus minum air yang cukup sebelum
bergerak badan di pagi hari, banyak minum air ketika bergerak dalam ukuran
kecil. Banyak mengkonsumsi sayur-mayur dan buah-buahan. Paling baik jangan
merokok dan minum arak. Yang paling penting ialah selalu optimis. Mungkin
petunjuk itu bermanfaat bagi Anda yang hendak mengadakan perjalanan ke Tibet.
|
Gejala penyakit yang sering terjadi di gunung
Ketinggian tidak bisa dianggap
main-main oleh pendaki. Banyak yang cedera, tewas, atau lenyap begitu saja. Tak
jarang pula pendaki yang mengalami penampakan dan kesurupan. Jangankan gunung
yang terpencil, kota pun ada yang punya hobi menyambut pengunjungnya dengan masalah,
seperti Cuzco, Peru (3.000 mdpl), La Paz, Bolivia (3,444 mdpl), dan Lhasa,
Tibet (3,749 mdpl).
Olah-raga panjat gunung tidak cukup bermodal ketangguhan fisik melakukan aktivitas (exertion). Lebih dari itu, daya adaptasi terhadap ketinggian (altitude adaptability) juga dituntut. Tuntutan kedua itulah sebenarnya yang berakibat berat bila tak dipenuhi. Pendaki bisa mengidap mountain sickness (mabuk gunung) yang sebenarnya menjadi pangkal musabab dari hal-hal 'gaib' itu.
Mabuk Gunung
Misalnya Anda berada di Kandang Badak (camp site Gede-Pangrango jalur Cibodas) atau Pasar Bubrah (camp site lereng Utara Gn. Merapi) yang elevasinya sekitar 2.500 mdpl, Anda sudah bisa melihat gejala pembuntingan beberapa barang yang Anda bawa. Bungkus snack menjadi gendut menggelembung kayak balon. Botol minuman yang dari bawah dalam keadaan tertutup rapat, bila dibuka pada ketinggian itu tutupnya meletup. Kok bisa? Hal itu terjadi karena perbedaan tekanan udara. Di pantai (0 mdpl), tekanan udara adalah 760 mmHG dengan konsentrasi oksigen 21%, sedangkan pada ketinggian 2.500 mdpl, tekanan udara hanya 570 mmHG. (altitude.org). Dengan demikian, meskipun konsentrasi oksigen sama, kerapatan molekulnya berkurang 25%. Faktor inilah yang telah membuntingkan barang-barang di atas.
Pada kondisi tersebut, apa yang terjadi pada tubuh kita? Hati-hati, ternyata, diam-diam pembuluh darah kita pun ikut bunting. Dan penggembungan pembuluh darah itu menyebabkan terjadinya kebocoran cairan. Inilah biang kerok mabuk gunung.
Kemungkinan Terjangkit (Susceptibility)
Kemungkinan terjangkit mabuk gunung antara satu orang dengan yang lain tidak sama. Beberapa pendaki sangat rentan, sementara yang lain berdaya tahan mirip badak. Sayangnya, sampai saat ini, belum ada metode klinis yang bisa mengidentifikasi dan memilah manusia yang rentan dan yang tahan terhadap ketinggian. Mabuk gunung tidak berhubungan dengan jenis kelamin, umur, dan kondisi fisik. (Rick Curtis, Outdoor Action Guide to High Altitude: Acclimatization and Illnesses). Jadi, jangan pongah dulu kalau badan Anda gempal atau kaki Anda kayak tales Bogor. Anda belum tentu mempunyai altitude adaptability yang sip. Oleh karenanya, semua pendaki wajib mengenali diri masing-masing dalam hal ini. Tidak ada rumus lain!
Jenis Mabuk Gunung
Ada tiga jenis mabuk gunung, yaitu AMS, HAPE, dan HACE.
AMS (Acute Mountain Sickness) adalah bentuk awal dari mabuk gunung. Pendaki yang rentan sudah mulai mengalami gejala ringan AMS pada ketinggian 1,200 mdpl. Itulah sebabnya, ketika berada di pos pendakian (belum mendaki), beberapa orang sudah kelihatan tidak sehat. AMS bisa diidentifikasi dari gejala-gejala:
* Pusing atau pening
* Mual sampai muntah-muntah
* Napas tersengal-sengal pada saat melakukan aktivitas fisik
* Kelelahan (fatigue)
* Hilang napsu makan
* Sulit tidur
* Menyendiri, malas bergaul dan berkomunikasi (social withdrawal)
Apabila mendapatkan perhatian dan perlakuan sebagaimana mestinya, AMS umumnya tidak berakibat fatal. Sebaliknya, bila kondisi ini tidak dipahami dan diabaikan, masalah lebih serius mengancam. Sayangnya, pemanjat gunung sering cuek-bebek terhadap gejala-gejala itu. Kebanyakan menganggap gejala-gejala AMS semata-mata hanya karena terlalu capai, stamina loyo, kurang tidur, atau bahkan masuk angin. Dari pendapat ini, umumnya penderita AMS hanya merasa perlu beristirahat sebentar, kemudian naik lagi. Meskipun beristirahat ada benarnya, perlakuan semacam itu keliru. Mabuk gunung bukanlah persoalan capai, bukan pula persoalan kondisi fisik (lihat Susceptibility).
HACE (High Altitude Cerebral Edema) merupakan perkembangan lanjut dari AMS. Pada tahap ini, banjir cairan sudah tak terkendali seperti lumpur Lapindo. Luapannya sampai ke otak sehingga bengkak. HACE memang sangat jarang terjadi pada ketinggian di bawah 2,700 mdpl. Kasus HACE sering mengancam pada skala elevasi Very High (3.600-5.500 mdpl) dan lebih sering pada Extremely High (>5.500 mdpl). Tetapi pendaki yang sudah mengalami AMS, bila terus menambah ketinggian pada waktu yang cepat, di ketinggian berapa pun, tetap mudah terkena HACE.
Rasa letih yang jauh lebih parah, biasanya dialami penderita HACE. Selain gejala-gejala AMS, gejala lain yang mungkin kelihatan pada penderita HACE adalah:
* Kehilangan koordinasi gerakan, sempoyongan bila berjalan
* Kebingungan, irasional
* Mengalami halusinasi
* Meracau
* Lunglai, dan pada keadaan yang paling parah mengalami koma
Lebih dari lima puluh persen penderita HACE yang sampai mengalami koma, akhirnya tewas. Sementara yang berhasil bertahan, kebanyakan mengalami cedera otak permanen yang menyebabkan ketidaknormalan kondisi mental atau kekacauan koordinasi motorik. Kalau mendapatkan penanganan yang pas, jangan takut, asal belum sampai mengalami koma, penderita bisa pulih total.
HAPE (High Altitude Pulmonary Edema) adalah bentuk lain dari perkembangan AMS. Pada kasus ini, banjir kiriman mencapai paru-paru sehingga penderitanya mengalami kesulitan pernapasan. Akibatnya, efektifitas penyerapan oksigen menurun drastis. HAPE bisa terjadi sendiri, maupun serentak dengan HACE. Dalam hal pemburukan kondisi ke arah fatalitas, jangan main-main, HAPE lebih cepat!
Gejala penderita HAPE adalah:
* Napas tetap tersengal-sengal meskipun beristirahat
* Batuk berat disertai keluarnya busa putih
* Dada terasa sangat berat dan sesak
* Lunglai, lemas
Gejala-gejala seperti irasionalitas, kebingungan, dan gejala-gejala lain yang tampak pada HACE bisa juga muncul sebagai akibat dari kurangnya pasokan oksigen ke otak.
Penampakan? Ya jelas ada penampakan, wong otak becek kebanjiran! Kesurupan? Ya jelas kesurupan, meracau, ngomyang, wong otak bengkak!
Olah-raga panjat gunung tidak cukup bermodal ketangguhan fisik melakukan aktivitas (exertion). Lebih dari itu, daya adaptasi terhadap ketinggian (altitude adaptability) juga dituntut. Tuntutan kedua itulah sebenarnya yang berakibat berat bila tak dipenuhi. Pendaki bisa mengidap mountain sickness (mabuk gunung) yang sebenarnya menjadi pangkal musabab dari hal-hal 'gaib' itu.
Mabuk Gunung
Misalnya Anda berada di Kandang Badak (camp site Gede-Pangrango jalur Cibodas) atau Pasar Bubrah (camp site lereng Utara Gn. Merapi) yang elevasinya sekitar 2.500 mdpl, Anda sudah bisa melihat gejala pembuntingan beberapa barang yang Anda bawa. Bungkus snack menjadi gendut menggelembung kayak balon. Botol minuman yang dari bawah dalam keadaan tertutup rapat, bila dibuka pada ketinggian itu tutupnya meletup. Kok bisa? Hal itu terjadi karena perbedaan tekanan udara. Di pantai (0 mdpl), tekanan udara adalah 760 mmHG dengan konsentrasi oksigen 21%, sedangkan pada ketinggian 2.500 mdpl, tekanan udara hanya 570 mmHG. (altitude.org). Dengan demikian, meskipun konsentrasi oksigen sama, kerapatan molekulnya berkurang 25%. Faktor inilah yang telah membuntingkan barang-barang di atas.
Pada kondisi tersebut, apa yang terjadi pada tubuh kita? Hati-hati, ternyata, diam-diam pembuluh darah kita pun ikut bunting. Dan penggembungan pembuluh darah itu menyebabkan terjadinya kebocoran cairan. Inilah biang kerok mabuk gunung.
Kemungkinan Terjangkit (Susceptibility)
Kemungkinan terjangkit mabuk gunung antara satu orang dengan yang lain tidak sama. Beberapa pendaki sangat rentan, sementara yang lain berdaya tahan mirip badak. Sayangnya, sampai saat ini, belum ada metode klinis yang bisa mengidentifikasi dan memilah manusia yang rentan dan yang tahan terhadap ketinggian. Mabuk gunung tidak berhubungan dengan jenis kelamin, umur, dan kondisi fisik. (Rick Curtis, Outdoor Action Guide to High Altitude: Acclimatization and Illnesses). Jadi, jangan pongah dulu kalau badan Anda gempal atau kaki Anda kayak tales Bogor. Anda belum tentu mempunyai altitude adaptability yang sip. Oleh karenanya, semua pendaki wajib mengenali diri masing-masing dalam hal ini. Tidak ada rumus lain!
Jenis Mabuk Gunung
Ada tiga jenis mabuk gunung, yaitu AMS, HAPE, dan HACE.
AMS (Acute Mountain Sickness) adalah bentuk awal dari mabuk gunung. Pendaki yang rentan sudah mulai mengalami gejala ringan AMS pada ketinggian 1,200 mdpl. Itulah sebabnya, ketika berada di pos pendakian (belum mendaki), beberapa orang sudah kelihatan tidak sehat. AMS bisa diidentifikasi dari gejala-gejala:
* Pusing atau pening
* Mual sampai muntah-muntah
* Napas tersengal-sengal pada saat melakukan aktivitas fisik
* Kelelahan (fatigue)
* Hilang napsu makan
* Sulit tidur
* Menyendiri, malas bergaul dan berkomunikasi (social withdrawal)
Apabila mendapatkan perhatian dan perlakuan sebagaimana mestinya, AMS umumnya tidak berakibat fatal. Sebaliknya, bila kondisi ini tidak dipahami dan diabaikan, masalah lebih serius mengancam. Sayangnya, pemanjat gunung sering cuek-bebek terhadap gejala-gejala itu. Kebanyakan menganggap gejala-gejala AMS semata-mata hanya karena terlalu capai, stamina loyo, kurang tidur, atau bahkan masuk angin. Dari pendapat ini, umumnya penderita AMS hanya merasa perlu beristirahat sebentar, kemudian naik lagi. Meskipun beristirahat ada benarnya, perlakuan semacam itu keliru. Mabuk gunung bukanlah persoalan capai, bukan pula persoalan kondisi fisik (lihat Susceptibility).
HACE (High Altitude Cerebral Edema) merupakan perkembangan lanjut dari AMS. Pada tahap ini, banjir cairan sudah tak terkendali seperti lumpur Lapindo. Luapannya sampai ke otak sehingga bengkak. HACE memang sangat jarang terjadi pada ketinggian di bawah 2,700 mdpl. Kasus HACE sering mengancam pada skala elevasi Very High (3.600-5.500 mdpl) dan lebih sering pada Extremely High (>5.500 mdpl). Tetapi pendaki yang sudah mengalami AMS, bila terus menambah ketinggian pada waktu yang cepat, di ketinggian berapa pun, tetap mudah terkena HACE.
Rasa letih yang jauh lebih parah, biasanya dialami penderita HACE. Selain gejala-gejala AMS, gejala lain yang mungkin kelihatan pada penderita HACE adalah:
* Kehilangan koordinasi gerakan, sempoyongan bila berjalan
* Kebingungan, irasional
* Mengalami halusinasi
* Meracau
* Lunglai, dan pada keadaan yang paling parah mengalami koma
Lebih dari lima puluh persen penderita HACE yang sampai mengalami koma, akhirnya tewas. Sementara yang berhasil bertahan, kebanyakan mengalami cedera otak permanen yang menyebabkan ketidaknormalan kondisi mental atau kekacauan koordinasi motorik. Kalau mendapatkan penanganan yang pas, jangan takut, asal belum sampai mengalami koma, penderita bisa pulih total.
HAPE (High Altitude Pulmonary Edema) adalah bentuk lain dari perkembangan AMS. Pada kasus ini, banjir kiriman mencapai paru-paru sehingga penderitanya mengalami kesulitan pernapasan. Akibatnya, efektifitas penyerapan oksigen menurun drastis. HAPE bisa terjadi sendiri, maupun serentak dengan HACE. Dalam hal pemburukan kondisi ke arah fatalitas, jangan main-main, HAPE lebih cepat!
Gejala penderita HAPE adalah:
* Napas tetap tersengal-sengal meskipun beristirahat
* Batuk berat disertai keluarnya busa putih
* Dada terasa sangat berat dan sesak
* Lunglai, lemas
Gejala-gejala seperti irasionalitas, kebingungan, dan gejala-gejala lain yang tampak pada HACE bisa juga muncul sebagai akibat dari kurangnya pasokan oksigen ke otak.
Penampakan? Ya jelas ada penampakan, wong otak becek kebanjiran! Kesurupan? Ya jelas kesurupan, meracau, ngomyang, wong otak bengkak!
Posted on Juni 27, 2008 by
ratihrochmat
A.Jenis Pembalut/Perban
1.Perban segi tiga (Mitella)
2.Perban pita (Zwachtel)
3.Plester
1.Perban segi tiga (Mitella)
2.Perban pita (Zwachtel)
3.Plester
B.Tujuan Membalut/Perban
1.Menutupi bagian yang cedera dari udara, cahaya, debu dan kuman.
2.Menopang yang cedera
3.Menahan dalam suatu sikap tertentu
4.Menekan
5.Menarik
1.Menutupi bagian yang cedera dari udara, cahaya, debu dan kuman.
2.Menopang yang cedera
3.Menahan dalam suatu sikap tertentu
4.Menekan
5.Menarik
C.Bahan Untuk Perban
Bahan yang diperlukan untuk membalut, antara lain salep, bubuk luka, plester, bahan penyerap (kasa atau kapas), kertas tissue, bahan tidak mudah menyerap (kertas khusus, kain taf, sutera), bahan elastis (spons, kapas).
Bahan yang diperlukan untuk membalut, antara lain salep, bubuk luka, plester, bahan penyerap (kasa atau kapas), kertas tissue, bahan tidak mudah menyerap (kertas khusus, kain taf, sutera), bahan elastis (spons, kapas).
D.Jenis – jenis Pembalutan
1.Perban segi tiga (Mitella)
Perban segi tiga dibuat dari kain belacu atau kain muslin, perbannya dibuat segitiga sama kaki yang puncaknya bersudut 900 . Panjang dasar segitiga kira-kira 125 cm dan kedua kakinya masing-masing 90 cm. Buatlah terlebih dahulu kain segi empat dengan sisi 90 cm lalu lipat dua atau digunting pada garis diagnonalnya.
2.Balut segi tiga untuk kepala
Untuk luka kepala dapat dipakai perban segi tiga. Dasar segi tiga dilipat selebar 5 cm 2 kali. Letakkan bagian tengah lipatan itu diatas dahi. Bagian yang mengandung lipatan diletakkan sebelah luar. Ujung puncak segi tiga ditarik ke belakang kepala sehingga puncak kepala tertutup kain segi tiga. Kedua ujung lipatan tadi dililitkan ke belakang kepala lalu kembali ke dahi dan dibuat simpul di dahi.
3.Balut segi tiga untuk bahu
Guntingan ujung puncak segitiga tegak lurus pada dasar sepanjang 25 cm. Kedua ujung yang baru dibuat dililitkan secara longgar ke leher, lalu diikat ke belakang. Dasar segi tiga ditarik sehingga bagian bahu yang cedera tertutup. Lalu kedua ujung dasar segi tiga dililitkan ke lengan dan diikat.
4.Balut segi tiga untuk dada
Gunting puncak segitiga tegak lurus pada dasarnya sepanjang 25 cm. Ikatlah kedua ujung puncak itu secara longgar dibelakang leher, sehingga dasar segi tiga berada di depan dada. Lipatlah dasar segi tiga beberapa kali sesuai dengan kebutuhan lalu ujung dasar tadi diikat di punggung.
5.Balut segi tiga untuk pantat
Gunting puncak segi tiga tegak lurus pada dasar sepanjang 25 cm. Ikatlah kedua ujung puncak itu melingkari paha yang cedera. Buatlah beberapa lipatan pada dasar segi tiga, lalu kedua ujungnya diikatkan melingkar di pinggang.
1.Perban segi tiga (Mitella)
Perban segi tiga dibuat dari kain belacu atau kain muslin, perbannya dibuat segitiga sama kaki yang puncaknya bersudut 900 . Panjang dasar segitiga kira-kira 125 cm dan kedua kakinya masing-masing 90 cm. Buatlah terlebih dahulu kain segi empat dengan sisi 90 cm lalu lipat dua atau digunting pada garis diagnonalnya.
2.Balut segi tiga untuk kepala
Untuk luka kepala dapat dipakai perban segi tiga. Dasar segi tiga dilipat selebar 5 cm 2 kali. Letakkan bagian tengah lipatan itu diatas dahi. Bagian yang mengandung lipatan diletakkan sebelah luar. Ujung puncak segi tiga ditarik ke belakang kepala sehingga puncak kepala tertutup kain segi tiga. Kedua ujung lipatan tadi dililitkan ke belakang kepala lalu kembali ke dahi dan dibuat simpul di dahi.
3.Balut segi tiga untuk bahu
Guntingan ujung puncak segitiga tegak lurus pada dasar sepanjang 25 cm. Kedua ujung yang baru dibuat dililitkan secara longgar ke leher, lalu diikat ke belakang. Dasar segi tiga ditarik sehingga bagian bahu yang cedera tertutup. Lalu kedua ujung dasar segi tiga dililitkan ke lengan dan diikat.
4.Balut segi tiga untuk dada
Gunting puncak segitiga tegak lurus pada dasarnya sepanjang 25 cm. Ikatlah kedua ujung puncak itu secara longgar dibelakang leher, sehingga dasar segi tiga berada di depan dada. Lipatlah dasar segi tiga beberapa kali sesuai dengan kebutuhan lalu ujung dasar tadi diikat di punggung.
5.Balut segi tiga untuk pantat
Gunting puncak segi tiga tegak lurus pada dasar sepanjang 25 cm. Ikatlah kedua ujung puncak itu melingkari paha yang cedera. Buatlah beberapa lipatan pada dasar segi tiga, lalu kedua ujungnya diikatkan melingkar di pinggang.
6.Balut segi tiga untuk tangan
Bila seluruh telapak tangan akan dibalut, dapat dipakai perban segi tiga. Letakkan dasar segitiga pada telapak tangan. Ujung puncak segitiga di lilitkan ke punggung tangan, sehingga seluruh jari – jari tertutup, lalu kedua ujung dasar segi tiga dililitkan beberapa kali pada pergelangan tangan dan diikat. Bila segi tiga terlalu besar, buatlah beberapa lipatan pada dasar segi tiga.
Bila seluruh telapak tangan akan dibalut, dapat dipakai perban segi tiga. Letakkan dasar segitiga pada telapak tangan. Ujung puncak segitiga di lilitkan ke punggung tangan, sehingga seluruh jari – jari tertutup, lalu kedua ujung dasar segi tiga dililitkan beberapa kali pada pergelangan tangan dan diikat. Bila segi tiga terlalu besar, buatlah beberapa lipatan pada dasar segi tiga.
E.Cara Membuka Pembalut/Perban
Buka simpul perban, bila sulit, gunting saja. Tangan kanan memegang ujung perban. Bukalah gulungan dengan memindahkan perban itu ke kiri, lalu kembali lagi ke kanan dan ke kiri lagi. Begitu seterusnya sampai seluruh pembalut terlepas. Untuk membuka perban kotor pergunakan 2 buah pinset. Bila perban itu telah kotor atau tidak ingin dipakai lagi, lebih baik digunting dengan memakai gunting perban. Dengan demikian, perban lebih cepat terlepas.
Buka simpul perban, bila sulit, gunting saja. Tangan kanan memegang ujung perban. Bukalah gulungan dengan memindahkan perban itu ke kiri, lalu kembali lagi ke kanan dan ke kiri lagi. Begitu seterusnya sampai seluruh pembalut terlepas. Untuk membuka perban kotor pergunakan 2 buah pinset. Bila perban itu telah kotor atau tidak ingin dipakai lagi, lebih baik digunting dengan memakai gunting perban. Dengan demikian, perban lebih cepat terlepas.
F.Jenis – Jenis Perban Menurut
Bahannya
1.Perban kasa
ibuat dari benang yang
dianyam jarang – jarang, sering dipakai untuk membalut pada anggota badan.
2.Perban planel :Kain berbulu dipakai sebagai perban penekan pada pertolongan pertama.
3.Perban kambrik:Terbuat dari benang kasar pemakaian-nya sama dengan kasa.
4.Perban trikot :Sering dipakai untuk membuat perban ransel.
5.Perban katun dan linen:Dipakai dalam keadaan darurat, sebagai pembalut, penekan dan penarik
6.Perban elastis:Dipakai untuk balutan penekan pada keseleo atau salah urat (luksasio dan sprain) atau untuk membalut anggota gerak yang telah diamputasi.
7.Perban cepat:Dipakai untuk pertolongan pertama pada kecelakaan, dalam peperangan pada luka tembak atau patah terbuka.
8.Perban gips
1.Perban kasa

2.Perban planel :Kain berbulu dipakai sebagai perban penekan pada pertolongan pertama.
3.Perban kambrik:Terbuat dari benang kasar pemakaian-nya sama dengan kasa.
4.Perban trikot :Sering dipakai untuk membuat perban ransel.
5.Perban katun dan linen:Dipakai dalam keadaan darurat, sebagai pembalut, penekan dan penarik
6.Perban elastis:Dipakai untuk balutan penekan pada keseleo atau salah urat (luksasio dan sprain) atau untuk membalut anggota gerak yang telah diamputasi.
7.Perban cepat:Dipakai untuk pertolongan pertama pada kecelakaan, dalam peperangan pada luka tembak atau patah terbuka.
8.Perban gips
G.Cara – cara Membalut
1.Cara – cara khusus membalut perban
kepala
a.Verban kepala fasela galenika
Cara memakainya adalah sebagai berikut :
Letakkan kain persegi itu diatas kepala dengan kedua ujung mengarah ke masing – masing telinga.
Ikatkanlah dengan peniti atau plester pita tengah dibawah dagu. Pita depan diikat ke belakang kepala, sedangkan pita belakang diikat ke dahi.
b.Perban pita untuk membalut kepala dengan cara mempersatukan (Fascia Union).
Perban yang dipakai dapat yang berkepala satu maupun yang berkepala dua. Dipakai untuk luka disamping kepala. Cara fascia union ini sangat merosot sehingga sekarang tidak dipakai lagi.
a.Verban kepala fasela galenika
Cara memakainya adalah sebagai berikut :
Letakkan kain persegi itu diatas kepala dengan kedua ujung mengarah ke masing – masing telinga.
Ikatkanlah dengan peniti atau plester pita tengah dibawah dagu. Pita depan diikat ke belakang kepala, sedangkan pita belakang diikat ke dahi.
b.Perban pita untuk membalut kepala dengan cara mempersatukan (Fascia Union).
Perban yang dipakai dapat yang berkepala satu maupun yang berkepala dua. Dipakai untuk luka disamping kepala. Cara fascia union ini sangat merosot sehingga sekarang tidak dipakai lagi.
c.Perban kepala cara Fascia
sagitalis
Perban kepala cara sagitalis memakai pembalut berkepala tiga atau disebut juga perban T. Perban ini dipakai untuk luka di kepala.
Mula – mula perban berkepala dua diletakkan pada dahi, lalu kedua ujung dililitkan ke belakang kepala. Ujung tengah perban juga diletakkan ke belakang. Setelah dihimpit dengan kedua ujung perban yang datang dari samping, kembalikan lagi ujung perban tengah ke depan. Demikian pula kedua ujung samping dililitkan kembali ke depan kepala sehingga mengimpit lagi ujung perban tengah. Demikianlah seterusnya sampai semua perban terpakai.
d.Perban kepala dengan cara pita silang (Fascia nodosa)
Dengan memakai perban berkepala dua. Bila kedua ujung perban telah sampai diatas salah satu telinga silangkanlah kedua perban itu lalu masing – masing ujung membalut dahi dan belakang kepala. Setelah kedua ujung sampai diatas telinga yang lain, dibuat pula silang, diatur menuju ke bawah dagu, bertemu kembali di atas telinga pertama, dan seterusnya.
e.Perban penutup kepala (Fascia kapitalis atau mitra hippokrates)
Sebaiknya dilakukan oleh dua orang. Dipakai sebagai perban penutup atau pelindung luka kepala yang luas.
Satu orang berulang – ulang melingkarkan perban. Mulai dari dahi terus ke belakang sambil menghimpit perban kedua yang diletakkan berulang – ulang di atas kepala oleh orang kedua dari arah depan kepala ke belakang kepala. Balutan digeser sedikit demi sedikit ke kiri dan ke kanan.
Perban kepala cara sagitalis memakai pembalut berkepala tiga atau disebut juga perban T. Perban ini dipakai untuk luka di kepala.
Mula – mula perban berkepala dua diletakkan pada dahi, lalu kedua ujung dililitkan ke belakang kepala. Ujung tengah perban juga diletakkan ke belakang. Setelah dihimpit dengan kedua ujung perban yang datang dari samping, kembalikan lagi ujung perban tengah ke depan. Demikian pula kedua ujung samping dililitkan kembali ke depan kepala sehingga mengimpit lagi ujung perban tengah. Demikianlah seterusnya sampai semua perban terpakai.
d.Perban kepala dengan cara pita silang (Fascia nodosa)
Dengan memakai perban berkepala dua. Bila kedua ujung perban telah sampai diatas salah satu telinga silangkanlah kedua perban itu lalu masing – masing ujung membalut dahi dan belakang kepala. Setelah kedua ujung sampai diatas telinga yang lain, dibuat pula silang, diatur menuju ke bawah dagu, bertemu kembali di atas telinga pertama, dan seterusnya.
e.Perban penutup kepala (Fascia kapitalis atau mitra hippokrates)
Sebaiknya dilakukan oleh dua orang. Dipakai sebagai perban penutup atau pelindung luka kepala yang luas.
Satu orang berulang – ulang melingkarkan perban. Mulai dari dahi terus ke belakang sambil menghimpit perban kedua yang diletakkan berulang – ulang di atas kepala oleh orang kedua dari arah depan kepala ke belakang kepala. Balutan digeser sedikit demi sedikit ke kiri dan ke kanan.
2.Cara – cara membalut mata
a.Membalut satu mata (Monokulus)
Dipakai untuk menutupi atau menekan luka pada mata dan sekitarnya. Buatlah lingkaran perban di sekitar dahi dan belakang kepala beberapa kali. Lalu secara berangsur-angsur dililitkan sedikit demi sedikit ke mata yang cedera dan belakang kepala, sehingga seluruh mata tertutup.
Usahakan agar lapisan perban terbawah tidak menutup mata yang sehat
b.Membalut kedua mata (Binoukulus)
Cara ini dipakai untuk menutupi atau menekan mata, misalnya pada operasi katarak. Caranya : Mulailah seperti membalut satu mata. Setelah melingkarkan lapisan perban terakhir disekitar depan dan belakang kepala, teruskan dengan melingkari mata yang lain dengan cara yang sama, tetapi dengan arah sebaliknya. Ujung perban terakhir dilekatkan dengan sepotong plester.
a.Membalut satu mata (Monokulus)
Dipakai untuk menutupi atau menekan luka pada mata dan sekitarnya. Buatlah lingkaran perban di sekitar dahi dan belakang kepala beberapa kali. Lalu secara berangsur-angsur dililitkan sedikit demi sedikit ke mata yang cedera dan belakang kepala, sehingga seluruh mata tertutup.
Usahakan agar lapisan perban terbawah tidak menutup mata yang sehat
b.Membalut kedua mata (Binoukulus)
Cara ini dipakai untuk menutupi atau menekan mata, misalnya pada operasi katarak. Caranya : Mulailah seperti membalut satu mata. Setelah melingkarkan lapisan perban terakhir disekitar depan dan belakang kepala, teruskan dengan melingkari mata yang lain dengan cara yang sama, tetapi dengan arah sebaliknya. Ujung perban terakhir dilekatkan dengan sepotong plester.
3.Perban telinga cara koroner
Balutlah perban melingkar dahi dan belakang kepala beberapa kali, lalu berangsur – angsur diarahkan ke arah telinga yang sakit. Lakukan balutan perban itu terus sampai seluruh telinga tertutup. Usahakan lapisan perban terakhir berada di lingkaran dahi lalu dilekatkan dengan plester.
Balutlah perban melingkar dahi dan belakang kepala beberapa kali, lalu berangsur – angsur diarahkan ke arah telinga yang sakit. Lakukan balutan perban itu terus sampai seluruh telinga tertutup. Usahakan lapisan perban terakhir berada di lingkaran dahi lalu dilekatkan dengan plester.
4.Perban pada anggota gerak badan
berbentuk bulat panjang
Untuk melakukan perban pada leher, lengan atas dan paha dapat dibalut dengan 2 cara yaitu :
a.Membalut biasa (Dolobra currens)
b.Membalut pucuk rebung (Dolobra reversa)
Setiap kali membalut harus diperhatikan agar :
a.Perban saling menutupi lapis demi lapis.
b.Gulungan perban tidak boleh bergeser, walaupun saling bekerja.
c.Lilitkan perban harus cukup kencang.
Untuk melakukan perban pada leher, lengan atas dan paha dapat dibalut dengan 2 cara yaitu :
a.Membalut biasa (Dolobra currens)
b.Membalut pucuk rebung (Dolobra reversa)
Setiap kali membalut harus diperhatikan agar :
a.Perban saling menutupi lapis demi lapis.
b.Gulungan perban tidak boleh bergeser, walaupun saling bekerja.
c.Lilitkan perban harus cukup kencang.
5.Membalut persendian
Untuk membalut persendian dipakai :
a.Cara balut silang (Spica)
b.Cara balut penyu (testudo)
Ad. 1 Cara balut silang pergelangan tangan
Mulailah dengan melilitkan perban beberapa kali pada pergelangan tangan, lalu arahkan perban ke distal melilit punggung tangan dan telapak tangan. Masukkan lilitan diantara ibu jari dan jari telunjuk, miring pada punggung tangan menuju pergelangan tangan. Lilitkan satu kali lalu ulangi pekerjaan itu sambil menggeser perban sedikit demi sedikit sehingga seluruh pergelangan tangan terbalut.
Ad. 2 Membalut sendi siku cara penyu keluar (Testudo cubiti Reversa)
1.)Bengkokkan sedikit siku yang akan dibalut.
2.)Balutkan perban beberapa kali pada pertengahan siku.
3.)Arahkan lilitan perban bergantian ke proksimal dan ke distal.
4.)Lanjutkan lilitan perban ke lengan atas dan ke lengan bawah berulang – ulang sampai seluruh sendi siku terbalut.
5.)Ujung lilitan perban terakhir dilekatkan dengan plester.
Untuk membalut persendian dipakai :
a.Cara balut silang (Spica)
b.Cara balut penyu (testudo)
Ad. 1 Cara balut silang pergelangan tangan
Mulailah dengan melilitkan perban beberapa kali pada pergelangan tangan, lalu arahkan perban ke distal melilit punggung tangan dan telapak tangan. Masukkan lilitan diantara ibu jari dan jari telunjuk, miring pada punggung tangan menuju pergelangan tangan. Lilitkan satu kali lalu ulangi pekerjaan itu sambil menggeser perban sedikit demi sedikit sehingga seluruh pergelangan tangan terbalut.
Ad. 2 Membalut sendi siku cara penyu keluar (Testudo cubiti Reversa)
1.)Bengkokkan sedikit siku yang akan dibalut.
2.)Balutkan perban beberapa kali pada pertengahan siku.
3.)Arahkan lilitan perban bergantian ke proksimal dan ke distal.
4.)Lanjutkan lilitan perban ke lengan atas dan ke lengan bawah berulang – ulang sampai seluruh sendi siku terbalut.
5.)Ujung lilitan perban terakhir dilekatkan dengan plester.
6.Cara-cara Membalut kaki (Membalut seluruh
kaki)
a.Misalkan kaki kiri ingin dibalut, mulailah perban dari bagian punggung kaki menuju ke ujung jari – jari lalu ke telapak kaki. Peganglah dengan tangan kiri ujung perban yang ada di punggung. Dengan tangan kanan lilitkan perban untuk menutup jari – jari kaki dengan cara tadi. Bergantian ke lateral dan medial. Geserlah sedikit demi sedikit ke arah tengah jari – jari sehingga seluruh jari terbalut. Di telapak kaki, arah balutan melintang, sedangkan telapak kaki arahnya miring.
b.Kemudian lilitkan perban melintang punggung dan telapak kaki sehingga ujung – ujung perban tadi terhimpit. Buatlah lilitan perban sebanyak 3 lilitan sambil menggeser ke arah pergelangan kaki.
c.Sewaktu lilitan ke empat berada di punggung kaki, perban diarahkan di telapak kaki sekitar tumit. Kemudian dililitkan ke pergelangan kaki, terus ke punggung kaki lagi.
d.Ulangi lagi balutan seperti tadi beberapa kali, sampai seluruh kaki terbalut. Akhiri balutan pada pergelangan kaki.
a.Misalkan kaki kiri ingin dibalut, mulailah perban dari bagian punggung kaki menuju ke ujung jari – jari lalu ke telapak kaki. Peganglah dengan tangan kiri ujung perban yang ada di punggung. Dengan tangan kanan lilitkan perban untuk menutup jari – jari kaki dengan cara tadi. Bergantian ke lateral dan medial. Geserlah sedikit demi sedikit ke arah tengah jari – jari sehingga seluruh jari terbalut. Di telapak kaki, arah balutan melintang, sedangkan telapak kaki arahnya miring.
b.Kemudian lilitkan perban melintang punggung dan telapak kaki sehingga ujung – ujung perban tadi terhimpit. Buatlah lilitan perban sebanyak 3 lilitan sambil menggeser ke arah pergelangan kaki.
c.Sewaktu lilitan ke empat berada di punggung kaki, perban diarahkan di telapak kaki sekitar tumit. Kemudian dililitkan ke pergelangan kaki, terus ke punggung kaki lagi.
d.Ulangi lagi balutan seperti tadi beberapa kali, sampai seluruh kaki terbalut. Akhiri balutan pada pergelangan kaki.
H.Gips dan Pemasangannya.
Cara membuat gips spalk (Bidai gips)
Bila terjadi patah proximal, maka panjang gips spalk adalah dari pangkal jari sampai ke lengan atas kira – kira 2 jari dibawah lipatan ketiak.
Lengan harus ditekuk sampai 90 0 dengan telapak tangan agak diputar ke dalam (supinasi). Pergelangan tangan lurus dengan tulang lengan bawah.
Pada patah tulang tungkai bawah (Fraktur tibia dan fibula), gips spalk dan sirkuler harus dipasang mulai ujung jari sampai 2 – 3 cm dibawah sendi paha. Posisi kaki dan tungkai bawah dibuat sudut 900 sedangkan lutut agak ditekuk membuat sudut kira – kira 1700.
Pada patah tulang kaki dan tumit gips sirkuler dipasang mulai dari ujung jari sampai kira – kira 2 – 3 cm dibawah sendi lutut saja. Setelah diketahui panjangnya ukuran spalk, bukalah gulungan gips perban dan letakkan dimeja sepanjang ukuran yang diinginkan. Untuk anggota gerak atas, cukup dibuat 6 lapis, sedangkan untuk tungkai dibuat 8 – 10 lapis.
Setelah lapisan gips spalk selesai dibuat, basahkan lalu letakkan ke anggota gerak yang akan di gips. Sebelum di gips anggota gerak harus di reposisi dengan kain trikot atau kapas berlemak.
Setelah dipasang gips spalk, dibalut dengan perban kasa.
Gips sirkuler
Bila melakukan balutan secara gips sirkuler, setelah tulang yang patah direposisi, dilapisi dengan kapas berlemaj dan dipasang gips spalk langsung dibalut dengan perban gips dengan cara balut biasa. Gips yang telah dibalut itu diratakan dengan kedua telapak tangan agar perban gips melekat betul. Jari – jari tangan dan kaki bila tidak patah jangan di gips.
Bila dilakukan reposisi sanguinea, maka luka operasi ditutup dahulu dengan kasa steril yang telah dioles dengan antiseptik. Kemudian dipasang gips sirkuler. Luka operasi dibiarkan tertutup dengan gips, jahitan baru dilepas setelah gips dibuka.
Biasanya gips baru dibuka setelah terjadi kalus, untuk lengan memerlukan waktu 4 – 6 minggu, sedangkan untuk tungkai memerlukan 6 – 10 minggu. Makin muda usia seseorang, makin cepat sembuhnya.
Cara membuat gips spalk (Bidai gips)
Bila terjadi patah proximal, maka panjang gips spalk adalah dari pangkal jari sampai ke lengan atas kira – kira 2 jari dibawah lipatan ketiak.
Lengan harus ditekuk sampai 90 0 dengan telapak tangan agak diputar ke dalam (supinasi). Pergelangan tangan lurus dengan tulang lengan bawah.
Pada patah tulang tungkai bawah (Fraktur tibia dan fibula), gips spalk dan sirkuler harus dipasang mulai ujung jari sampai 2 – 3 cm dibawah sendi paha. Posisi kaki dan tungkai bawah dibuat sudut 900 sedangkan lutut agak ditekuk membuat sudut kira – kira 1700.
Pada patah tulang kaki dan tumit gips sirkuler dipasang mulai dari ujung jari sampai kira – kira 2 – 3 cm dibawah sendi lutut saja. Setelah diketahui panjangnya ukuran spalk, bukalah gulungan gips perban dan letakkan dimeja sepanjang ukuran yang diinginkan. Untuk anggota gerak atas, cukup dibuat 6 lapis, sedangkan untuk tungkai dibuat 8 – 10 lapis.
Setelah lapisan gips spalk selesai dibuat, basahkan lalu letakkan ke anggota gerak yang akan di gips. Sebelum di gips anggota gerak harus di reposisi dengan kain trikot atau kapas berlemak.
Setelah dipasang gips spalk, dibalut dengan perban kasa.
Gips sirkuler
Bila melakukan balutan secara gips sirkuler, setelah tulang yang patah direposisi, dilapisi dengan kapas berlemaj dan dipasang gips spalk langsung dibalut dengan perban gips dengan cara balut biasa. Gips yang telah dibalut itu diratakan dengan kedua telapak tangan agar perban gips melekat betul. Jari – jari tangan dan kaki bila tidak patah jangan di gips.
Bila dilakukan reposisi sanguinea, maka luka operasi ditutup dahulu dengan kasa steril yang telah dioles dengan antiseptik. Kemudian dipasang gips sirkuler. Luka operasi dibiarkan tertutup dengan gips, jahitan baru dilepas setelah gips dibuka.
Biasanya gips baru dibuka setelah terjadi kalus, untuk lengan memerlukan waktu 4 – 6 minggu, sedangkan untuk tungkai memerlukan 6 – 10 minggu. Makin muda usia seseorang, makin cepat sembuhnya.
No comments:
Post a Comment